Kerasulan Kunjungan Keluarga (Kejungkel) Romo Budi kepada Mbah Tomas, salah satu warga Lingkungan Simon Zelot Paroki Ungaran baru-baru ini. (Dok. Pribadi)
SEJAK “sertupel” (serah terima tugas pelayanan) dan bertugas sebagai Kepala Campus Ministry Unika Soegijapranata, Semarang, Jawa Tengah (Jateng) ritme kehidupan dan pelayanan Romo Aloys Budi Purnomo berubah. Di satu pihak, mulai hari Senin, 19/6, ia harus berkantor di Ruang Reksa Pastoral Kampus Unika Soegijapranata Semarang yang berada di lantai empat Gedung St Mikael yang juga merupakan Gedung Rektorat Unika Soegijapranata. Hari Senin – Jumat, ia berkantor di tempat itu mulai pukul 08.00 – 16.00 WIB.
Di lain pihak, tugas pelayanan sebagai Pastor Pembantu Paroki Kristus Raja Ungaran masih tetap dijalankannya sesuai jadwal yang sudah ditetapkan sejak awal tahun 2017. Setiap awal tahun, sebagai Pastor, Romo Budi selalu sudah membuat jadwal atau agenda satu tahun terkait dengan beberapa pelayanannya. Agenda 2017 meliputi pelayanan sebagai Pastor Pembantu Paroki Kristus Raja Ungaran; pelayanan karya kerasulan jurnalistik Majalah INSPIRASI-Lentera yang Membebaskan yang dirintisnya sejak Agustus dan terbit perdana pada September 2004; pelayanan sebagai Wakil Ketua FKUB Jateng dan sebagai Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan-Keuskupan Agung Semarang (HAAK-KAS).
Sementara ini, hingga Pastoran Kampus Unika Soegijapranata kelar dibangun, Romo Budi masih tinggal di Pastoran Ungaran sebagai Pastor Pembantu. Dengan demikian, meski ritme hidup berubah, jam istirahat berkurang (tanpa siesta – suatu kewajiban tidur siang yang diikuti sejak Seminari Menengah), namun jadwal pelayanan tetap, bahkan bertambah.
“Di sinilah baru saya sadari pentingnya siesta ketika saya tidak lagi bisa mengalaminya. Ternyata siesta itu perlu dan penting sebab pelayanan seorang Romo itu tak hanya pagi sampai sore, tetapi juga sore sampai malam. Agar pelayanan sore sampai malam tetap dijalankan dengan segar dan sehat maka diperlukan siesta (tidur siang),” jelas Romo Budi.
Totalitas Pastoral
Prinsip yang dihayatinya adalah memberikan pelayanan secara total atau yang disebutnya totalitas pastoral. “Yang menjadi persoalan – kalau itu mau dianggap soal – adalah mendamaikan antara jadwal pelayanan Kampus dengan jadwal pelayanan Paroki,” ungkap Romo Budi yang pada 8 Juli 2017 nanti merayakan HUT Imamat ke-21 ini.
“Biasanya ada kesempatan siesta, yakni saat tidur siang yang waktu pendidikan di seminari menjadi semacam kewajiban; agar pelayanan untuk Umat pada sore dan atau malam hari tetap segar dan berjalan baik. Sejak ngantor di Unika, kesempatan itu tidak ada. Akibatnya, pulang dari kampus, langsung lanjut pelayanan lingkungan atau parokial di sore atau malam hari, sehingga kadang-kadang terasa ngantuk dan capek. Namun syukur pada Allah, perjumpaan dengan Umat dalam pelayanan itu memberi kesegaran tersendiri,” lanjutnya.
Sejak bertugas sebagai Kepala Campus Ministry Unika Soegijapranata, setiap hari Rabu, Romo Budi harus berangkat pukul 05.00 pagi karena harus memimpin Misa di Kapel Asrama St Teresia Avila yang merupakan bagian dari Campus Ministry. Misa dilaksanakan pukul 06.00 WIB. Sesudah itu langsung ke kantor. Demikian juga pada saat bergiliran Misa di Gereja Pudak Payung pukul 05.30 pada hari Selasa dan Kamis; Romo Budi harus berangkat pukul 05.15 dan sesudah Misa langsung ke kampus sampai kadang tidak sempat sarapan, kecuali bila membawa sendiri bekal seadanya dari Ungaran. “Sekali lagi, itu saya hayati sebagai bagian dari totalitas pastoral. Kalau di Keuskupan Agung Semarang, itulah bagian dari penghayatan imamat yang happy, committed dan professional,” sharing Romo Budi.
Pastoral “Kejungkel”
Sejak dua puluh satu tahun menghayati diri sebagai imam, Romo yang hobi main saksofon ini, mempunyai satu program yang disebut Pastoral “Kejungkel”. “Kejungkel” adalah singkatan dari kerasulan kunjungan keluarga. Kejungkel dijalankan bersama Ketua atau Pamong Lingkungan. Romo Budi mengunjungi keluarga-keluarga Katolik yang berada dalam reksa pastoralnya.
Yang diutamakan dalam kunjungan ini adalah umat lansia dan sakit. Tapi tidak menutup kemungkinan bagi yang lain, tergantung dari Ketua atau Pamong Lingkungan memilih. Bisa juga keluarga yang sedang menghadapi masalah tertentu, misalnya terkait perkawinannya.
Meski sudah disibukkan dalam Reksa Pelayanan Kampus, jadwal Kejungkel yang biasanya dimulai pukul 17.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB tetap dijalankan. Kadang Kejungkel sampai pukul 23.00 WIB tergantung situasi lingkungan. “Idealnya memang hanya sampai pukul 21.00 WIB, namun di lapangan kenyataannya bisa berbeda,” ungkapnya.
Bagaimana dengan pelayanan Kampus? Apakah “kejungkel” juga bisa dijalankan? “Tentu saja bisa. Misalnya, Kejungkel kepada para dosen atau karyawan. Tidak mustahil. Bisa juga Kejungkel kepada para mahasiswa-mahasiswi. Lihat situasi dan kondisi,” jawab Romo Budi.
Meski dengan jadwal dan pelayanan yang kian padat, hal itu dijalani Romo Budi dengan taat dan setia. “Yang penting, saya menjalaninya dengan gembira dan bahagia sebagai bagian dari penghayatan perutusan imamat saya,” pungkasnya menutup sharing pengalaman pastoral yang baru ia jalani.
(►http://www.hidupkatolik.com)
Internship Fair FIKOM SCU: Jembatan Mahasiswa Menuju Dunia Industri
Fakultas Ilmu Komputer (FIKOM) Soegijapranata Catholic University (SCU) secara rutin