Puluhan dosen Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata dilatih cara membuat artikel media massa oleh Tribun Jateng.
Kegiatan digelar di Gedung Yustinus Unika Soegijapranata, Semarang, Selasa (29/1/2019).
Mereka dilatih cara membuat sebuah artikel opini yang baik dan benar.
Pemateri dari Tribun Jateng di antaranya Pemred Tribun Jateng Cecep Burdansyah dan News Manager Tribun Jateng Iswidodo.
"Opini adalah sikap kita dalam menyoroti sebuah permasalahan atau isu. Opini berisi fakta-fakta, permasalahan dan solusi yang ditawarkan penulis," papar Iswidodo.
Tampak para pengajar Unika Soegijapranata antusias mengikuti kepelatihan kepenulisan ini. Banyak dari mereka menelurkan ide-ide opini segar dari sejumlah isu terkini. Misal debat Pilpres pertama, pro kontra pembangunan infrastruktur, hingga perayaan Imlek sebentar lagi.
Rektor Unika, Ridwan Sanjaya menilai, materi kepenulisan opini bagi dosen juga penting. Selama ini, Kemenristekdikti selalu mengejar universitas agar membuat paper dan jurnal internasional.
"Padahal menulis opini di koran juga saya rasa penting. Karena menulis di koran membuat masyarakat yang membaca dapat tercerahkan, artinya mendapatkan informasi yang positif," ujarnya.
Ia beranggapan selama ini ada jarak yang cukup lebar antara dunia kependidikan dan masyarakat. Lewat kepenulisan opini ini, menurut Ridwan menjadi salah satu cara merapatkan jarak yang ada.
"Tentunya opini itu ditulis dengan bahasa yang lebih popular, tak melulu bahasa yang akademis agar seluruh lapisan masyarakat bisa memahaminya dengan mudah," terangnya.
Senada, Kepala LPPM Unika, Bertha Bekti Retnawati, menambahkan, bila jarak yang lebar antara dunia kependidikan dan masyarakat luas di antaranya adalah karena gaya kepenulisan pendidik cenderung menggunakan bahasa akademis, yang belum tentu dapat dipahami masyarakat awam.
"Tantangan saat ini adalah para pendidik menulis sebuah artikel dengan bauasa yang populer, memiliki ide yang inovatif, kreatif, bahkan di luar pakem," ujar Bertha.
Maka ia pun mengaku antusias dengan kepelatihan penulisan artikel tersebut.
"Tantangan sekarang adalah menulis dan dibaca masyarakat heterogen. Semoga setelah ini ada gairah yang bertambah untuk menulis," paparnya.