Empat mahasiswa Prodi Teknik Elektro Unika Soegijapranata baru saja meraih Juara I Lomba Aerocreation ITB 2017 yang diadakan oleh Keluarga Mahasiswa Penerbangan Institut Teknologi Bandung, Minggu (22/1/2017) lalu.
Keempat mahasiswa tersebut adalah Dimas Arifiyan, Ignatius Wisnu Adi Nugroho, Gregorius Dimas Wahyu dan Lidya Gita Ronauly, dengan didampingi oleh 2 dosen Unika Dr F Budi Setiawan, ST, MT dan Felix Yustian Setiono, ST, MT.
Dalam lomba tersebut, perwakilan Unika Soegijapranata berhasil mengalahkan tim yang berasal dari perguruan tinggi ternama di Indonesia seperti Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, Universitas Negeri Yogyakarta, dan tuan rumah Institut Teknologi Bandung.
Dalam perlombaan ini perwakilan Unika memilih subtema Teknologi Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau pesawat tanpa awak untuk Kebutuhan NKRI dengan mengajukan esai berjudul Srone Corner.
Drone Corner sendiri adalah pusat kontrol drone. Dalam mekanik drone sendiri terdapat 3 bagian yaitu pusat kontrol, pusat monitoring dan pusat perbaikan drone.
"Sejatinya, drone dapat dipakai untuk menyelesaikan berbagai masalah seperti mengawasi lalu lintas, memadamkan kebakaran dalam lingkup kecil dan mencari pelaku kriminal. Hingga saat ini, Pemerintah Indonesia masih enggan menggunakan drone sebagai problem solver untuk berbagai permasalahan. Hal itu dikarenakan pemerintah belum siap untuk menyediakan fasilitas berupa pusat kontrol drone," jelas Gregorius Dimas Wahyu seperti dikutip dari press release yang dikirim ke Tribun Jateng, Rabu (25/1/2017).
Ia menjelaskan, Drone Corner sejatinya memiliki fungsi yang sama seperti terminal pada bis dan airport untuk pesawat. Untuk membuay Drone Corner perwakilan Unika bekerjasama dengan Base Transceiver Station (BTS) milik penyedia Provider untuk menguatkan sinyal dari drone.
Pihak operator drone dalam teknisnya akan membeli sinyal dari BTS milik provider tertentu yang telah memiliki jaringan kuat di suatu daerah untuk menguatkan sinyal dari drone itu sendiri.
Dalam penanganan beberapa masalah, contohnya mengenai kebakaran, mulanya dari masyarakat melaporkan ke instansi pemadam kebakaran. Laporan tersebut kemudian dianalisa oleh pihak pemadam kebakaran apakah dalam kasus kebakaran tersebut membutuhkan bantuan drone untuk memadamkan api. Apabila membutuhkan, pihak pemadam kebakaran menghubungi drone corner untuk mengirimkan drone.
"Drone itu sendiri dapat digunakan untuk keperluan monitoring kasus kebakaran atau juga bisa digunakan untuk membawa bahan pemadam kebakaran seperti nitrogen cair. Untuk keperluan monitoring kasus kebakaran yang terjadi, drone sendiri memiliki kemampuan untuk monitoring 2 arah yang dapat diakses oleh instansi yang bersangkutan seperti pemadam kebakaran dan drone corner," tambah Wahyu.
Ia berharap ke depannya, penggunaan drone corner bisa menjadi bagian dari konsep smart city. "Selain itu kami harapkan ke depannya, drone dapat berfungsi secara full autonomous (bisa beroperasi sendiri) sehingga saat terjadi kebakaran , apabila sebuah rumah memiliki sensor bahaya dan memancarkan sinyal bahaya, maka drone menangkap sinyal tersebut dapat segera menuju ke tempat kejadian secara otomatis"jelas Wahyu . (http://jateng.tribunnews.com)