Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang mewisuda 196 mahasiswa dari jenjang sarjana hingga doktoral pada Sabtu (18/6/2022) di Gedung Albertus Kampus Bendan Dhuwur Gajahmungkur Kota Semarang. Wisuda kali ini menjadi kali pertama diadakan secara penuh tatap muka penuh dari yang sebelumnya berupa dalam jaringan (daring) maupun bauran daring dan luar jaringan (luring).
Rektor Unika Soegijapranata, Dr. Ferdinand Hindiarto, S.Psi., M.Si., menyampaikan tiga pesan pada para wisudawan guna menghadapi situasi di masa depan yang tidak mudah. Pesan tersebut ia baca dari artikel Peter Drucker bertajuk Managing Oneself yang ia baca dari buku digital dari Harvard Business Review.
“Kita akui situasi ke depan tidak mudah, tidak perlu menolak. Namun saya tekankan tiga hal yang harus dikelola oleh para wisudawan ke depan,” ujarnya dalam wisuda yang dihadiri tribunjateng.com.
Ia menyampaikan bahwa di masa depan para wisudawan harus memegang penuh tiga hal, yakni mengelola diri sendiri, mengelola tugas atau tanggung jawab, dan mengelola relasi. Baginya, hal termudah ialah mengelola tugas, sedangkan yang tersulit ialah mengelola diri sendiri.
“Artikel dari Peter Drucker sudah diimplementasikan Unika, kami sangat menekankan disiplin, mulai diri disiplin pada waktu dan aturan hingga pengelolaan kejujuran,” ujar Dr. Ferdinand.
Pengelolaan tugas seperti perkuliahan, praktikum, hingga magang sudah menjadi hal yang lumrah di Unika. Di kampus yang ia pimpin, mahasiswa yang ketahuan mencontek tugas akan langsung mendapat konsekuensi nilai maupun harus mengulang perkuliahan. Tugas pun harus dicek melalui Turnitin untuk memastikan tidak adanya plagiasi dari karya mahasiswa.
“Pengelolaan diri dan pengelolaan tugas sudah ada pada mahasiswa, sedangkan pengelolaan relasi bagi saya merupakan wujud kekayaan kedua,” ungkap Dr. Ferdinand.
Ia meyakini, dengan relasi yang dimiliki, bisa membantu menyelesaikan sebagian permasalahan bila bisa diselesaikan bersama-sama. Untuk itu, menjalin relasi menjadi hal yang tidaklah mudah namun tidaklah pula sulit.
Proses menjalin relasi bisa dimulai di tahap kuliah dalam membentuk kelompok, mulai dari kelompok tugas hingga kelompok magang. Ia meminta, bahkan memaksa mahasiswa untuk membaur dengan rekan yang berbeda identitas darinya. Pembauran sesama rekan sebaya bertujuan untuk saling mengenal sesama mahasiswa tak sekadar mengetahui nama, namun juga mengenal latar belakang hingga potensinya.
Selama kepemimpinannya, Dr. Ferdinand mengaku tak pernah menolak siapapun yang datang untuk bertemu dengannya.
“Saya tidak mau menolak tamu yang datang karena saya yakin itu merupakan cara menjalin relasi,” tutupnya.
Wisuda tatap muka penuh ini membawa berkah bagi pemilik usaha buket bunga, Elsa Elningtyas. Ia mengaku pada wisuda kali ini memperoleh pesanan buket bunga beberapa kali lipat dari wisuda di Unika periode sebelumnya.
“Tentu saja ada hikmahnya untuk usaha saya, dan pesanan sudah datang sejak H-14 hingga H-3,” ucapnya. Selain buket bunga, ia pun melayani buket dengan isian jajanan, kosmetik, dan uang. Calon konsumen cukup menyampaikan kebutuhan buket, menerima tagihan pembayaran, dan melakukan pembayaran. Buket bunga akan disiapkan dan kirimkan di hari pemesanan. Selain melayani buket bunga pesanan, ia juga menyediakan buket bunga siap beli. “Harga mulai Rp 25 ribu,” pungkasnya.
# https://jateng.tribunnews.com/2022/06/19/unika-soegijapranata-196-mahasiswa-ini-pesan-rektor-ferdinand-hindiarto-kepada-wisudawan?page=all.