Setelah vakum dua tahun karena pandemi Covid-19, Unika Soegijapranata kembali menggelar Soegijazz. Berbeda dari pelaksanaan sebelumnya, kali ini gelaran musik Jazz yang selalu rutin dihelat di kampus akan dibawa ke luar.
Wakil Rektor Kerjasama dan Pengembangan Bisnis Unika Soegijapranata Dr R Probo Yulianto Nugrahedi STP MSc menyatakan, Soegijazz sudah menjadi identitas kampus universitas Katolik tersebut. Menurutnya, Soegijazz sebuah kegiatan yang mempunyai nilai baik yang perlu untuk dilanjutkan.
“Kali ini penyelenggaraannya akan berkolaborasi dengan kegiatan Festival Kota Lama,” kata Probo di Gedung Mikael Unika Soegijapranata, Kamis (22/9/2022).
Menurut Probo, kolaborasi dengan Festival Kota Lama bisa menjadi sarana yang baik untuk memberikan hiburan kepada masyarakat Kota Semarang. Selain, Soegijazz dibawa keluar dari kampus, juga ada perubahan sedikit pada logonya sesuai temanya “Soegijazz 2022 at Festival Kota Lama”.
“Tujuannya untuk memperkenalkan Soegijazz kepada masyarakat Kota Semarang,” tambahnya.
Ketua Panitia Soegijazz at Festival Kota Lama Benediktus Danang Setianto SH LLM PhD menyatakan, tiap tahun memilih tema yang selalu berbeda. Konsep acaranya sejak 2015 pun selalu berbeda-beda dan terus berkembang.
“Muncul desakan dari penggemar Jazz, kapan Soegijazz kembali digelar. Meski kami sempat ragu dengan keterbatasan waktu tidak bisa menggarap se-massive biasanya,” tutur Beni, sapaan akrabnya.
Terbatasnya waktu persiapan, akhirnya menempatkan Soegijazz sekaligus menjadi penutup Festival Kota Lama, pada Minggu (25/9/2022). Sedangkan Soegijazz akan mulai pukul 18.00 WIB sampai selesai, menghadirkan Deredia.
“Kami juga akan menampilkan SoegiBanda Unika Jazz, sebagai pembuka,” tambahnya.
Pemilihan Deredia sebagai bintang dalam Soegijazz kali ini, karena panitia selama ini sengaja memilih yang benar-benar membawakan musik Jazz. Memang sempat muncul beberapa nama musisi Jazz yang lain, tetapi karena terbatasnya waktu akhirnya memilih Deredia.
Alasan lain, dari 2015 sampai saat ini belum pernah menampilkan genre musik seperti yang Deredia mainkan. Jazz lahir dari penderitaan kulit hitam tetapi menurut genre yang Deredia mainkan, tidak harus dengan penderitaan, teriakan tapi bisa dinikmati di lantai dansa.
“Lagu yang mereka mainkan juga sesuai dengan nuansa Festival Kota Lama,” tambahnya.
Mengenai pemilihan genre Jazz karena mencerminkan sebuah institusi pendidikan, di mana setiap pemain bisa memiliki improvisasi sebebas-bebasnya dalam sebuah harmonisasi yang indah. Hal ini sambung Beni, sama halnya karakter universitas sebagai sebuah institusi pendidikan.
Di mana setiap civitas memiliki kebebasan tetapi harus bisa memadukan satu dengan yang lain sehingga tercipta harmonisasi yang indah.
Masyarakat Kota Semarang dapat menyaksikan Deredia dalam Soegijazz at Festival Kota Lama secara cuma-Cuma, alias gratis seperti pelaksanaan sebelum-sebelumnya.
#https://lenterajateng.com/unika-soegijapranata-kembali-gelar-soegijazz-kali-ini-di-kota-lama-hadirkan-deredia/