Oleh Andreas Lako
Pasangan yang berbeda jauh dalam usia dan karakter pribadi ini saling melengkapi, sating berbagi tugas dan tanggung jawab, dan saling ngemong.
PADA tanggal 23 Agustus 2018, Ganjar Pranowo dan Heru Sudjatmoko (Ganjar-Heru) resmi mengakhiri masa jabatan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Tengah 2013-2018. Jabatan tersebut akan dilanjutkan oleh Ganjar Pranowo dan Taj Yasin yang telah terpilih dalam Pilgub pada 27 Juni 2018.
Selain mengucapkan syukur dan terima kasih, pertanyaan krusialnya adalah apa warisan berharga dari pasangan Ganjar-Heru untuk pemerintah dan masyarakat Jateng selama mereka memimpin? Apakah warisan itu perlu dilanjutkan dalam era kepemimpinan Ganjar-Yasin?
Sebagai akademisi dan pemerhati pembangunan Jateng yang sejak awal 2013 hingga kini terus mencermati, menganalisis dan mengkritisi kinerja pembangunan dan kepemimpinan Ganjar-Heru, saya menilai ada banyak warisan berharga dan kepemimpinan Ganjar-Heru yang perlu dilanjutkan pada masa kepemimpinan Ganjar-Yasin.
Secara umum, selama lima tahun memimpin Jateng sejak 23 Agustus 2013 sampai denga 22 Agustus 2018, Ganjar-Heru tampak kompak harmonis dan sinergis. Pasangan yang berbeda jauh dalam usia dan karakter pribadi ini saling melengkapi, saling berbagi tugas dan tanggung jawab, dan saling ngemong.
Kalaupun ada perbedaan pendapat atau konflik terhadap suatu hal yang prinsipil, perbedaan itu tidak sampai mencuat kepublik. Karakter Pak Heru yang low profile mampu menjadi penyelaras dan pengakselerasi karakter kepemimpinan Pak Ganjar yang dinamis dan atraktif.
Gaya kepemimpinan Ganjar-Heru tersebut, selain telah membuat suasana sosial-politik nyaman dan kondusif juga telah memacu kinerja pembangunan dan perekonomian Jateng semakin lebih baik.
Secara khusus, dari perspektif kinerja pembangunan dan perekonomian daerah, kinerja kepemimpinan Ganjar-Heru sangat bagus. Pasangan ini telah mewariskan fondasi dan kinerja pembangunan yang bagus bagi masyarakat Jateng dan menjadi modal awal untuk kepemimpinan baru Ganjar-Yasin ke depan.
Seperti diketahui, pada awal memimpin Jateng pada Agustus 2013, pasangan ini menjanjikan kepada rakyat Jateng akan menciptakan perubahan mendasar untuk membawa Jateng ke arah yang lebih baik lagi. Padahal, ketika itu Jateng sedang dihadapkan pada sejumlah permasalahan krusial, yaitu:
1) Kesenjangan sosial-ekonomi antar kelompok masyarakat kian melebar tercermin dari rasio Gini terus naik hingga 0,39 (2012);
2) ketimpangan antar wilayah kian melebar tercermin dari Indeks Williamson terus melonjak dalam hingga 0,74 (2012); Kemudian
3) jumlah penduduk miskin masih sangat banyak yaitu 4,81 juta orang (14,44%). Juga ada 15 kabupaten kategori merah atau miskin;
4) jumlah pengangguran cukup banyak yaitu 1,25 juta orang (6,01%);
5) kerusakan lingkungan akibat alih fungsi lahan dan perilaku buruk dunia usaha cukup serius;
6) tatakelola pemerintah dan tatakelola pembangunan kurang baik; dan lainnya.
Selama lima tahun memimpin Jateng, berbagai permasalahan tersebut mampu dikurangi atau diperkecil. Dan sisi hasil pembangunan daerah yang tercermin dari nilai produk domestik regional bruto (PDRB), nilainya terus meningkat dari tahun ke tahun. Nilai PDRB-atas dasar harga berlaku (ADHB) meningkat dari 623.5 triliun (2013) menjadi Rp 1.178,5 triliun (2017). Perekonomian bertumbuh dari 5,1%(2013), 5,27% (2014) dan 5,47 (2015), namun kemudian menurun menjadi 5,28% (2016) dan 5,27% (2017). Pada dua triwulan 2018, pertutnbuhan ekonomi Jateng, justru meningkat cukup pesat menjadi 5,41% (Maret 2018) dan 5,54% (Juni 2018). Tren pertumbuhan ekonomi tersebut juga dibarenngi keberhasilan pemerintah dalam mengendalilan inflasi.
Pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan tingkat inflasi yang rendah tersebut telah berdampak positif terhadap penurunan kemiskinan, pengangguran dana ketimpangan. Jumlah penduduk miskin menurun dari 4,811 juta orang (2013) menjadi 3,9 juta orang (Maret 2018). Tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurun dari 6,01% menjadi 4,53% (Maret 2018).
Berbagai indicator keberhasilan di atas menunjukan bahwa kualitas dan kinerja kepemimpinan Ganjar-Heru dalam memimpin pemerintahan dan mengelola pembangunan daerah sangat bagus. Rakyat Jateng patut mengucapkan apresiasi dan terima kasih kepada Ganjar-Heru atas semua dedikasinya untuk kemajuan Jateng selama lima tahun terakhir. Semoga warisan berharga dari Ganjar-Heru dapat dilanjutkan dan diakselerasi oleh Ganjar-Yasin untuk mewujudkan Jateng yang semakin maju, sejahtera dan berdikari.
— Andreas Lako, guru besar Akuntansi Hijau; ketua Program Doktor Ilmu Lingkungan Unika Soeggapanata
►Suara Merdeka 23 Agustus 2018 hal. 4, https://www.suaramerdeka.com