SEMARANG (KRjogja .com)– Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan, seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi Semester I tahun 2015 hanya mencapai 4,7 persen, jauh di bawah target 5,7 persen. Nilai Rupiah melemah, menembus angka Rp 14.000, merupakan angka terendah sejak krisis ekonomi 1998 yang lalu. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah kongkrit dan tidak secara makro agar kegelisahan masyarakat tidak berkepanjangan.
Hal tersebut merupakan salah satu poin inti diskusi “P3M Buiness Talk” bertemakan "Krisis Ekonomi 1996, Akankah Terulang Kembali?" yang digelar Pusat Pengkajian dan Pengembangan Manajemen (P3M) FEB Unika Soegijapranata Semarang di kampus Unika, Rabu sore (02/09/2015).
Tampil sebagai pembicara Didik Soekmono, SE MM (pengusaha dari Kadin Jawa Tengah), Dr A Ika Rahutami (dosen dan pengamat ekonomi dari FEB Unika Soegijapranata) dan Dr Elizabeth Lucky Maretha (dosen dan pengamat pasar modal FEB Unika Soegijapranata).
Didik Sukmono menyebutkan meski masyarakat saat ini sedang “galau” takut kalau kondisi krisis ekonomi seperti tahun 1998 bisa menimpa sekarang karena nilai tukar rupiah buruk, dan pertumbuhan ekonomi menurun. Namun dunia usaha masih tetap optimis menghadapi persoalan ekonomi nasional.
“Hanya saja kenyataannya saat ini daya beli masyarakat jelek sehingga pemerintah perlu melakukan langkah kongkrit misalnya mengupayakan tidak terjadinya PHK akibat fluktuatif dolar, pemerintah mengambil perbaikan ekonoki riil bukan makro, menyiapkan regulasi yang mudah dan efisien bagi dunia usaha. Dunia bisnis sudah biasa melihat naik turunnya dolar walau masyarakat resah, namun pemerintah harus sigap” ujar Didik Sukmono. (Sgi)
sumber : krjogja.com