SEMARANG, suaramerdeka .com – Setiap generasi memiliki karakteristik unik, terjadi karena pengalaman yang diterima sehingga membentuk pola pikir, sikap dan perilakunya. Generasi Baby Boomers yang lahir sebelum 1962, mempunyai ciri pejuang dan pekerja keras. Berbeda profilnya, dengan generasi X yang lahir antara 1965 sampai dengan 1980 dan generasi Y yang lahir antara 1981 sampai dengan 2000.
Penanganan antara generasi dengan generasi lain amatlah berbeda, terutama di dunia kerja dimana adanya fakta saat ini sudah 50 persen lapangan kerja diisi oleh generasi Y. Menurut Dosen Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Ferdinand Hindiarto, diprediksi pada 2030 nanti generasi ini menguasai 75 persen lapangan kerja.
Profil Generasi Y yang melek teknologi, kreatif, inovatif, fleksibel serba cepat tentu saja mendatangkan harapan untuk kemajuan perusahaan. Tetapi profil generasi tersebut yang easy going, short attention span, lemah social skill, rendahnya komitmen dan loyalitas akan memberikan tantangan bagi pengelola Sumber Daya Manusia. “Paling tepat menggunakan pendekatan humanistik, untuk mengelola Gen Y dimana lebih mengedepankan perkembangan dan pertumbuhan pribadi, optimis menatap masa depan,” kata Ferdinand saat seminar Gen Y: Harapan Sekaligus Tantangan, sebagai rangkaian Dies Natalis XXXI Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata, Sabtu (22/8).
Dalam pendekatan humanistik sambungnya, menempatkan manusia sebagai entitas yang memiliki potensi sangat besar untuk tumbuh dan berkembang. Ada tiga hal menurutnya, pendekatan humanistik dalam tataran praktis yang dapat diaplikasikan dalam berbagai kebijakan pengelolaan sumber daya manusia.
Pertama lanjut Direktur Pusat Psikologi Terapan Unika Soegijapranata itu, membangun atmosfir kerja yang memungkinkan Gen Y mengembangkan potensinya. Membangun relasi yang egaliter tapi tetap saling menghargai, pola komunikasi yang terbuka dan informal dan dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan adalah contoh-contoh aplikasinya.
Kemudian yang kedua dengan pendekatan pola kepemimpinan yang transformational akan membuat Gen Y terakomodasi aspirasi-aspirasinya. Ketiga memberikan kesempatan mengembangkan diri, baik dalam aspek skill maupun karir adalah hal yang sangat disukai Gen Y.
Sementara narasumber lain General Manager Sumber Daya Manusia Harian Kompas Didiek Dwinarmiyadi menyatakan, ada beberapa perlakuan dan perubahan di dalam perusahaannya untuk menangani tenaga kerja yang sebagian kini mulai
diisi oleh Gen Y. Mulai dari memperpendek jalur hirarki dengan merancang organisasi semakin flat.
“Mengkaji ulang sistem rekrutmen, dengan lebih memberdayagunakan sosial media dan memperkecil model konvesional. Sistem jenjang karir berbasis kompetensi. Tidak melarang digunakannya, media sosial di ruang kerja tetapi dipertegas rambu-rambu pencapaian target kinerja,” paparnya.
Perusahaannya juga berusaha menciptakan iklim kerja yang memberi “panggung” bagi generasi Y untuk mengaktualisasikan dirinya. Lebih banyak menggunakan sistem e-learning dan diklat berbasis kompetensi.
(Puthut Ami Luhur/ CN40/ SM Network)
sumber : berita.suaramerdeka.com