Dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia 2025, Program Doktor Ilmu Lingkungan (PDIL) Soegijapranata Catholic University (SCU) bersama Dinas Lingkungan Hidup Kota (DLHK) Semarang menggelar Webinar “Membangun Ketahanan Air dalam Menghadapi Perubahan Iklim: Strategi dan Inovasi” pada Jumat, 21 Maret 2025. Menekankan urgensi pengelolaan air yang berkelanjutan, forum ini mendiskusikan aksi nyata dalam menghadapi tantangan air di era perubahan iklim
Adapun isu utama yang dibahas meliputi: tantangan pengelolaan air bersih di era modern, termasuk degradasi sumber daya air dan pencemaran; kontribusi dalam menciptakan ketahanan air; strategi dan inovasi dalam pengelolaan air, termasuk penerapan teknologi dan konservasi lingkungan, dampak perubahan iklim terhadap sumber daya air, serta upaya mitigasi dan adaptasi.
Kunjungan Lapangan ke Desa Proklim
Pada hari yang sama, PDIL SCU dan DLHK Semarang juga melakukan kunjungan ke RW 8, Kel. Sambiroto, Kel. Tembalang, Kota Semarang yang dipersiapkan sebagai percontohan Kampung Iklim (Proklim) Nasional 2025.
Sekretaris PDIL SCU Dr. Fl. Budi Setiawan menyatakan bahwa desa ini telah aktif dalam berbagai program lingkungan, termasuk bank sampah dan pengolahan limbah. “SCU ditunjuk sebagai pendamping dalam persiapan (Kel. Sambiroto) menuju Proklim Nasional. Salah satu bentuk pendampingannya adalah membangun sumur resapan untuk mengurangi genangan air dan meningkatkan infiltrasi air ke tanah,” jelasnya. Selain itu, edukasi juga diberikan kepada masyarakat mengenai pentingnya konservasi air guna beradaptasi terhadap perubahan iklim.
Sumur resapan dipilih sebagai solusi konkret dalam menghadapi banjir karena lebih efektif dibandingkan biopori. “Sering kali tertutup tanah (biopori) dan memiliki kapasitas penyimpanan kecil, sementara sumur resapan dapat menampung air dalam jumlah lebih besar,” tambah Budi.
Peran Akademisi dan Pemerintah: Membangun Kesadaran Masyarakat
Salah satu aspek utama dari peringatan Hari Air Sedunia 2025 ini adalah mengajak masyarakat untuk aktif berpartisipasi dalam upaya konservasi air.
Dalam webinar, Vice Chairman of UNESCO IHP IX on Ecohydrology and Water Quality Prof. Ignasius D.A. Sutapa menilai inisiatif ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi air dan dampak perubahan iklim. Menurutnya, antisipasi dampak iklim dengan pengelolaan air yang bijak sangat penting untuk menjaga kesehatan masyarakat dan lingkungan. “Dampak nyata perubahan iklim semakin terasa. Penurunan kualitas air dan pencemaran mengancam masyarakat serta kesehatan ekosistem. Oleh karena itu, konservasi dan inovasi teknologi menjadi sangat diperlukan,” ujarnya.
Pada forum yang sama, Kepala DLHK Semarang Arwita Mawarti, MT, menegaskan kolaborasi antara akademisi dan pemerintah sangat dibutuhkan dalam upaya mitigasi perubahan iklim. “Pemerintah tidak dapat berdiri sendiri. Akademisi, terutama mahasiswa program lingkungan dapat berperan aktif dalam mendukung program pencegahan dampak perubahan iklim,” terangnya dalam sambutan.