Selasa (21/3), Rektor Soegijapranata Catholic University (SCU) atau lebih dikenal dengan Unika Soegijapranata, Dr. Ferdinandus Hindiarto, S. Psi., M. Si, bersama dengan Bupati Maluku Tengah, Dr. Muhamat Marasabesy, SP., ST., M. Tech, menandatangani nota kesepahaman dan perjanjian kerjasama untuk memajukan dan mengelola potensi berbagai sumber daya serta membantu penangan berbagai kendala dan masalah di Kabupaten Maluku Tengah. Kegiatan ini diselenggarakan di Lib Café, Gedung Thomas Aquinas Lantai 3, Kampus SCU 1 Bendan.
Bukan hanya itu, kegiatan ini juga dilanjutkan dengan diskusi Bupati Maluku Tengah bersama dengan Wakil Rektor Bidang Inovasi Riset dan Publikasi (IRP), tim Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) serta pimpinan fakultas SCU. Diskusi ini secara umum membahas tentang masalah dan kendala apa saja yang dihadapi di Kabupaten Maluku Tengah serta rencana penyelesaian masalah yang dipaparkan para akademisi SCU di masing-masing bidang.
Robertus Setiawan Aji N, ST, MComIT., Ph.D, Wakil Rektor Bidang Inovasi, Riset, dan Publikasi SCU, menjelaskan pemilihan Kabupaten Maluku Utara karena relasi dengan wilayah Maluku sudah berjalan sejak 2012. Sebelumnya kegiatan yang sama juga diterapkan di Kota Ambon, kemudian sekarang melebar ke Kabupaten Maluku Tengah. Adanya Pusat Studi Desa dan Kawasan serta Pusat Studi Manusia, Lingkungan, dan Teknologi menjadi kapasitas yang dimiliki oleh SCU yang nantinya dapat membantu mengembangkan ilmu pengetahuan dan budaya demi kehidupan di sana.
Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) SCU, Dr. Y Trihoni Nalesti Dewi, SH., M. Hum, menambahkan bahwa sebelumnya SCU juga pernah terlibat dalam penyelesaian rekonsiliasi pasca konflik antardesa yang terjadi di daerah Maluku dan menjadikan pengalaman tersebut sebagai bekal untuk bisa lebih membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerah Maluku. “Sampai sekarang ada 52 titik konflik di wilayah kami, karena wilayah kami itu 1/3-nya di Maluku,” jelas Bupati Maluku Tengah. Beliau juga menjelaskan beberapa faktor pemicu konflik karena kualitas sumber daya manusia yang masih rendah, tingkat pendidikan masyarakat, pengaruh budaya, dan konflik individu yang berdampak sampai ke kelompok masyarakat tertentu.
Bupati Maluku Tengah juga menjelaskan masalah lain yang masih dihadapi di tanah kelahirannya itu, antara lain adalah pasokan listrik yang masih belum rata, kurangnya dokter di daerahnya, tingginya kasus stunting, dan pengelolaan limbah. Ia menegaskan kerjasama ini pada akhirnya akan menuntun pada tujuan untuk menyejahterakan masyarakat.
Harapan dari kedua pihak tentunya bukan hanya satu atau dua program yang berjalan, melainkan juga dapat mendorong potensi dan mengelola sumber daya di Maluku Tengah, serta berhasil menyelesaikan segala masalah yang ada di sana, khususnya di bidang kesehatan dan pendidikan. [Humas SCU/Hil]