Konversi bahan bakar terbarukan menjadi isu yang selalu hangat untuk dibahas. Penyebabnya adalah menipisnya sumber bahan bakar fosil dan gas.
Dilansir katadata.co.id, Indonesia akan kehilangan pasokan minyak domestiknya selama kurang lebih sembilan tahun kedepan. Kemungkinan ini bisa dipercepat jika tidak ada alternatif sumber bahan bakar lain.
Arisin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, menjelaskan gas bumi dan batu bara akan habis dalam kurun waktu 22 – 65 tahun. “Transisi energi mutlak dilakukan. Kita masih memiliki banyak sumber energi yang belum termanfaatkan,” tuturnya dalam diskusi virtual Tempo Energy Day, Rabu, 21 Oktober 2020 lalu.
Menanggapi hal itu, Rudy Heryadi, S.T., M.Si., mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan (PDIL) Soegijapranata Catholic University (SCU) atau Unika Soegijapranata menggagas pemakaian limbah kelapa sawit sebagai biofuel. Biofuel sendiri merupakan bahan bakar yang berasal dari materi tumbuhan dan hewan. “Ramah lingkungan pastinya, karena berasal dari sumber energi terbarukan,” jelasnya.
Selain itu, beliau juga berkaca pada kurangnya pemaksimalan kebermanfaatan limbah kelapa sawit. Beliau menyayangkan penggunaan limbah kelapa sawit hanya digunakan untuk menjaga kelembaban tanah dan pupuk kompos. “Limbah kelapa sawit ini kan limbah pertanian (pertama) yang besar di Indonesia, setelah padi,” tambahnya.
Beliau menyimulasikan gagasannya lewat dimethyl ether (DME) sebagai energi alternatif pengganti liquefied petroleum gas (LPG) yang juga sedang dikembangkan oleh pemerintah. Mempunyai karakteristik yang sama, DME adalah bahan bakar yang multipurpose serta multi resources, “dia bisa digunakan untuk pengganti LPG dan solar (multipurpose), bisa diperoleh bukan hanya limbah biomassa tapi juga fosil dan gas (multi resources),” jelas Rudy.
Selain fokus pada aspek lingkungan, Rudy juga berfokus pada aspek kelayakan dan ekonomi guna menunjang pengembangan penelitiannya ke tahap komersial.
Gagasan ini dipaparkan dalam Ujian Terbuka Disertasi PDIL Fakultas Ilmu dan Teknologi Lingkungan (FITL) SCU pada Selasa, 11 Juli dalam judul “Model dan Perumusan Penilaian Keberlanjutan Bio-Dimethyl Ether Berbahan Baku Limbah Kelapa Sawit (Tandan Kosong Kelapa Sawit/TKKS).”
Staff Pengajar di Sekolah Tinggi Teknologi Bina Tunggal Jakarta itu memaparkan hasil penelitiannya di Ruang Theater, Gedung Thomas Aquinas, Kampus 1 SCU, Bendan secara hybrid (online dan offline).
Kegiatan ini dihadiri oleh Dr. Ferdinandus Hindiarto, S.Psi., M.Si., sebagai Ketua Penguji, Dr. Ir. Florentius Budi Setiawan, M.T., sebagai Sekretaris Penguji, Dr. V. Kristina Ananingsih, ST., M.Sc., sebagai Penguji Internal, serta Dr. Armand Omar Moeis, S.T., M.Sc. dan Dr. Ir. Djoko Suwarno HS, M.Si., sebagai Penguji Eksternal.