SAAT ini, Anastasya Kenik Widya masih tercatat sebagai mahasiswi semester 8 Fakultas Arsitektur Unika Soegijapranata Semarang. Ia memiliki angan-angan memiliki rumah modern gaya tradisional.
Menurut gadis yang akrab disapa Tasya ini, rumah tradisonal yang paling diidamkannya adalah rumah tongkonan asal Toraja, Sulawesi Selatan. Alasannya, karena atap rumah tersebut sangat cocok untuk diaplikasikan ke rumah modern. ”Atap rumah tongkonan itu unik, karena bentuknya seperti tanduk kerbau,” kata Tasya kepada Jawa Pos Radar Semarang, Selasa (6/6).
Putri ketiga dari tiga bersaudara pasangan Markur Ungsiono dan almarhumah Yuliana Endang ini menilai konsep rumah tongkonan memiliki keunikan, sehingga memiliki daya tarik tersendiri. Keunikan tersebut, menurutnya, ada pada letak atap rumah yang terbalik. Tidak seperti atap rumah pada umumnya yang letak pandangan atap menghadap ke depan.
”Bagian samping atap menjadi fasad yang ditampilkan secara atraktif dan dramatis. Rumah togkonan sangat unik dan cantik. Makanya saya ingin mempunyai rumah modern berkonsep atap tongkonan,” ujarnya.
Mahasiswi kelahiran 29 Oktober 1994 ini, mengaku mulai berangan-angan memiliki rumah modern berkonsep tradisional berawal dari seringnya melakukan memory visual (pengamatan langsung) di luar jam kampus.
”Dosen saya sering mengajak mahasiswanya kuliah lapangan. Dari situlah saya tahu kelebihan dari rumah tradisional,” kata gadis yang hobi renang dan traveling ini.
Bagi Tasya, rumah berkonsep tradisional memiliki keunggulan tersendiri, yakni pada bangunan dengan ekologis mandiri. Menurutnya, bangunan tradisonal, konsep sistem sirkulasi udaranya tidak terlalu bergantung AC, sehingga memberikan rasa nyaman yang alami.
”Tapi keinginan memiliki rumah konsep tersebut memang masih sebatas angan, nanti kalau Tuhan memberi rezeki, akan saya wujudkan, bagaimanapun saya cinta atap rumah nusantara,” ujarnya.