Arintina Rahajuni atau kerap disapa dengan panggilan Ibu Arin, adalah wisudawan terbaik dari program studi Magister Teknologi Pangan dalam wisuda periode I tahun 2020 Unika Soegijapranata. Dengan IPK 3,72 serta judul tesis “Aplikasi Inulin Umbi Gembili (Dioscorea Esculenta) Proses Produksi Roti Tawar Untuk Peningkatan Kadar Serat, Sifat Fisik, Umur Simpan Dan Karakteristik Sensori,” Ibu Arin telah menyelesaikan studi magisternya, dan bisa menjadi sosok teladan bagi generasi muda dalam semangat menggali ilmu tanpa mengenal usia.
Ibu Arin yang lahir tanggal 12 September 1965, di Kendal, Jawa Tengah, adalah sosok Ibu dari 3 orang anak yakni Binka, Rendi, dan Caca. Dalam kesehariannya selain berkarya sebagai sebagai dosen di Politeknik Kesehatan Tembalang, ternyata Ibu Arin juga memiliki hobi memasak yang membawanya untuk membuka sebuah catering bernama ‘ARINT’, dan juga membuka sebuah kantin di Widya Praja Ungaran.
Selain kecintaannya pada bidang masak-memasak, Istri dari Pak Yatto ini juga senang dengan design interior ruangan. Tak jarang untuk mengisi waktu luangnya, Ia sering mendesign, sekaligus merenovasi rumahnya dan setelah itu menjual hasil karyanya tersebut. “Sudah dua rumah yang pada awalnya adalah rumah saya, kemudian saya coba untuk mendesignnya dan teman-teman senang dengan design rumah yang saya buat, mereka pun membelinya karena dinilai menarik”, jelasnya.
Sebelum studi di Unika Soegijapranata, Ibu Arin pernah mengenyam pendidikan di S-1 Teknologi Pangan IPB pada tahun 1999, setelah itu Ia melanjutkan studinya di S-2 Teknologi Pendidikan UNNES tahun 2001, hingga pada akhirnya Ia berlabuh di S-2 Teknologi Pangan Unika Soegijapranata dan menyelesaikan studinya tahun ini.
Dalam sebuah perbincangan, Ibu Arin juga sempat bercerita bahwa saat masih menempuh studi di Magister Teknologi Pangan Unika, Ia juga aktif dalam berbagai kegiatan, diantaranya adalah pernah ditunjuk sebagai moderator dalam acara seminar bersama pembicara dari MUI, dan sebagai dosen yang masih studi lanjut, Ibu Arin juga sudah membuat 33 penelitiannya dan telah dimuat di google scholar.
Ia pun merasa senang mengenyam pendidikan S-2 di Unika Soegijapranata. “Saya merasa senang di sini karena kualitas dosen S-3 yang menarik yang pernah belajar di luar negeri dan kompetensinya juga terbilang bagus”, jelasnya.
“Belajar sepanjang hayat” adalah motto hidup dari seorang Ibu yang suka berkegiatan di laboratorium ini. Menurutnya belajar itu tidak memandang usia. Meskipun usianya dibilang sudah tidak muda lagi namun semangatnya dalam belajar bisa dibilang lebih dari kaum muda jaman sekarang.
Untuk mencapai itu semua, pastilah memerlukan sebuah perjuangan. Tak jarang pula Ia mengalami hambatan. Hambatan itu muncul karena faktor usia, demikian pula dalam hal membagi waktu dengan tugas kantor, kuliah, dan keluarga. Namun karena beliau adalah orang yang kreatif, Ia cenderung mencari cara lain untuk mencapainya. Terkadang Ia mencari inovasi baru di mana dirinya mampu untuk melaluinya.
“Di era global yang semakin modern, sebagai kaum muda janganlah malas untuk belajar. Jangan mau kita dijajah kembali oleh bangsa lain. Buatlah target baik dalam hidup kalian, dan jangan pernah berhenti untuk belajar karena belajar memang tidak mengenal usia dan itu sudah saya lalui”, pesannya kepada mahasiswa Unika Soegijapranata. (AAT-AS)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi