Do the best or nothing at all !
“Awalnya masuk ke Unika Soegijapranata bukanlah impian saya, namun saya bersyukur Tuhan menuntun hidup saya sehingga saya mengambil keputusan yang tepat untuk memilih studi di Manajemen S1-S2 di Unika Soegijapranata, menyelesaikan studi S1-S2 ini sulit tapi masih bisa dilalui ” Ujar Lysia.
Dia juga menambahkan “selama kuliah di Unika Soegijapranata saya juga belajar, bahwa dalam hidup kita tidak hanya membutuhkan kepandaian, namun dalam menggunakan kepandaian tersebut kita harus menanamkan nilai (value) sehingga segala sesuatu yang kita kerjakan berdampak dan bermanfaat bagi lingkungan kita. Unika Soegijapranata mengajarkan banyak hal melalui dosen, karyawan, dan teman-teman. Saya yakin setiap kita pernah mendapat teguran baik dari dosen / karyawan / teman kita selama di Unika, menurut saya kita mau belajar atau tidak itu pilihan. Saya percaya jika Tuhan menempatkan kita di Unika, pasti ada suatu proses yang harus kita lalui dan Tuhan akan bentuk hidup kita.”
“Proses itu menyebalkan, but there is no big success without a process, trust me! Setiap proses yang harus kita lalui pasti sudah direncanakan Tuhan untuk membuat diri kita menjadi lebih baik. Proses studi yang saya lakukan yaitu menyelesaikan S1-S2 dalam waktu 4,5 tahun bukan hal yang mudah, ada canda tawa dan air mata dalam perjalanan tersebut. Saya sering merasa cukup cerdas, dan dulu saya berpikir bahwa hal tersebut terbukti saat saya menjadi wisudawan terbaik periode Agustus 2014. Keyakinan tersebut membuat saya berpikir dapat menyelesaikan S2 dengan mudah dan cepat. Apakah ada yang pernah berpikir seperti saya? #justkidding. But, the truth is there are many “x factor” in reality. Saat saya sudah berada separuh jalan, tiba-tiba saya harus ganti judul tesis yang artinya saya harus mengulang kembali semua proposal saya. Selain itu saat akan menghadapi ujian, ternyata salah satu dosen penguji saya berasal dari luar Unika Soegijapranata sehingga tanggal sidang dapat mundur dari perkiraan saya. Faktor x lainnya seperti tuntutan/standar yang tinggi dari dosen penguji dan pembimbing, kesulitan mencari waktu dalam observasi / bimbingan / wawancara narasumber, dan sebagainya membuat saya sadar bahwa kecerdasan kita tidak menentukan hasil akhir yang akan kita capai. Finally, saya paham bahwa kita tidak dapat mengandalkan kekuatan kita sendiri, kita butuh campur tangan dan penyertaan Tuhan” paparnya.
“Saya tidak punya tips khusus menjadi wisudawan terbaik, saya belajar mengucap syukur dalam segala hal dan mengerjakan segala sesuatu dengan sebaik mungkin atau tidak sama sekali, itu prinsip saya, Kerja keras dan bersandar pada Tuhan sudah seharusnya dilakukan! Satu hal yang bisa saya bagikan adalah balancing your life. Ketika saya sudah mulai jenuh atau lelah dengan segala kepenatan studi, saya teringat dengan kalimat “Hati yang gembira adalah obat” sehingga saya memilih untuk refreshing bersama keluarga, pacar, atau sahabat (kebetulan hobi saya menyanyi dan nonton. Utamakan Tuhan dalam segala perilaku kita, belajarlah bukan hanya secara formal namun juga informal (pilihlah lingkungan yang tepat), dan jangan pernah lupa untuk refreshing (bersenang-senang yang mengarah pada hal yang positif). Saya selalu berpikir, “Apa yang sudah saya kerjakan hari ini yang bermanfaat bagi hidup orang lain?” tambahnya. Saat berpikir hal tersebut, saya selalu merasa seperti belum berbuat apa-apa. Namun tidak pernah ada kata terlambat, jadi saya berusaha agar hidup saya makin bermanfaat bagi orang lain. (MBR)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi