Lam Aloysia Kristina Larasati. Gadis kelahiran Semarang, 7 Januari 1999 ini merupakan pasangan dari alm. Lam Andryanto dan Sri Handayani. Ia merupakan salah satu mahasiswa yang berhasil menyelesaikan studinya dalam situasi yang kurang mendukung akibat pandemi COVID-19. Tidak berhenti sampai di situ, ia pun berhasil menyabet penghargaan sebagai wisudawan terbaik pada periode wisuda Juni 2020 ini. Prestasi itu pun dilengkapi dengan predikat Cum Laude serta IPK 3,84 selama berkuliah di Fakultas Psikologi.
Sedari awalnya, Aloy –panggilan akrabnya- tidak bercita-cita masuk Fakultas Psikologi. “Bukan mimpi dan tujuan saya (berada) di Fakultas Psikologi,” tuturnya. Bahkan ia menegaskan bahwa perjalanannya di Fakultas Psikologi hanya sekadar pelarian dari mimpi dan tujuan lainnya. Namun demikian, tempat yang tidak ditujunya itu justru menjadi tempat yang dicintainya. Pertemuannya dengan orang-orang yang menginspirasinya, rasa kekeluargaan, berbagai kegiatan fakultas menjadi kunci yang membuatnya bertahan dan membuka hatinya. “Fakultas Psikologi itu sendirilah yang membuat saya bertahan, membuat saya mencintai ilmu dan kekeluargaan yang ditawarkannya. Boleh dikatakan bahwa tempat ini punya frekuensi yang sama dengan saya,” tambahnya. Hal itu dibuktikan dengan keaktifannya dengan mengikuti berbagai kegiatan seperti SOCRATES 2017, PTMB 2017, Hypnomorphosis, KONKRIT, Senat Mahasiswa Fakultas Psikologi. “Bagi saya sukanya ada di Fakultas Psikologi itu adalah pertemuan dengan berbagai macam orang, pertemuan dengan teman-teman yang sefrekuensi dan mendukung saya, serta wadah kegiatan yang semuanya itu mengembangkan diri saya sampai versi terbaiknya,” tambahnya. Hanya satu hal yang masih menjadi penyesalannya, yaitu belum memberikan trofi prestasi untuk fakultas.
Berbicara mengenai skripsi, alumnus SMA Kolese Loyola ini mengambil judul skripsi ‘Hubungan Keberfungsian Keluarga dengan Kesejahteraan Subjektif Remaja’. Ini diambilnya karena ketertarikannya terhadap psikologi positif sejak mempelajarinya di semester 4. “Awalnya tertarik karena mempelajari tentang gangguan yang mana di situ dibahas juga mengenai psikologi positif,” ungkapnya. Lebih lanjut Aloy menjelaskan bahwa psikologi positif mempelajari bagaimana seseorang mengembangkan kelebihannya (strength) dan membuatnya lebih ke arah yang positif atau flourishing ketimbang stagnan pada kurva normal. Berpijak pada keteratikannya itulah skirpsinya disusun. Ketika mengerjakan skrispi ada beberapa momen yang sempat menjadi rintangan, yaitu ketika harus mengerjakan skripsi sambil mengemban tanggungjawab pada organisasi yang diikutinya serta harus mengganti judulnya sebanyak yang dilakukan melalui 4-5 kali bimbingan. Namun demikian kepuasan dan ketertarikan pada topik skripsinya membuat rintangan tersebut tidak berarti. “Saking tertarik dan merasa bahwa ini minat saya, sesuatu yang saya suka, saya pun mengerjakan skripsi setiap hari tanpa lelah atau bosan,” tambahnya.
Ketika ditanya apa yang akan dilakukan setelah lulus, gadis dengan motto hidup ‘men and women for others’ ini menyatakan ingin berkarya di bidang Psikologi Industri dan Organisasi (PIO). Tidak berhenti hanya berkarya di bidang PIO saja, ia pun ingin mengimplementasikan apa yang sudah ia dapat selama pembelajaran di Fakultas Psikologi. “Saya ingin agar hardskill dan softskill yang saya asah selama berdinamika di Fakultas Psikologi bisa berdayaguna bagi sesama dalam perjalanan saya ke depannya,” tutupnya. (FFI)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi