Namanya ialah Yemima Melinda Putri. Gadis kelahiran Pati, 18 Juli 1998 ini merupakan lulusan terbaik program studi Sarjana Psikologi pada Wisuda periode III 2020. Hasil ini merupakan usaha dan jerih payah alumnus SMAN 1 Kudus dalam menempuh terjalnya dunia pendidikan di universitas. Tidak hanya menjadi lulusan terbaik, ia lulus dengan IPK memuaskan, yaitu 3,83 serta menyabet predikat Cum Laude. Tentunya semua ini tidak disangka-sangka mengingat masuk Fakultas Psikologi bukan merupakan tujuan dan pilihan utama.
Tidak terlintas di benaknya untuk mendaftar di Fakultas Psikologi sama sekali. “Tapi akhirnya aku daftar terlebih dahulu di Fakultas Psikologi sebelum mencoba keberuntunganku di perguruan tinggi yang awalnya aku harapkan. Buat jaga-jaga kata ayah,” pungkasnya. Ternyata prediksi sang ayah pun menjadi kenyataan. “Akhirnya aku berkuliah di Fakultas Psikologi,” tambahnya.
Langkah yang berat. Itu penggambaran yang tepat ketika Yemima memulai perjalanan di Fakultas Psikologi. “Awal-awal itu seperti berkuliah di jurusan yang tidak terbayang sebelumnya serta diiiringi rasa iri karena teman-temanku banyak yang diterima di perguruan yang sesuai harapan mereka,” jelasnya. Ia merasa menjadi individu yang gagal kala itu. Namun demikian, akhirnya ia membulatkan tekad dan membuat nazar bahwa ketika IP-nya mencapai 3,50 pada saat itu, ia akan menyelesaikan studinya hingga mendapat gelar Sarjana Psikologi.
Tuhan pun berkehendak dan terjadilah demikian. Ia berkata bahwa ini semua sudah jalan dari Tuhan dan ini semua juga harus diselesaikan karena nantinya akan menjadi indah. Semua itu menjadi benar. Yemima pun menikmati kehidupan kuliahnya, aktif di CTR (Center for Trauma Recovery) dimana ia dapat menyalurkan keinginannya untuk menjadi berguna bagi sesama, serta dapat mengembangkan diri sebagai Co-Trainer ATGW 2017.
Salah satu hal menarik dari perjalanan studi Yemima ialah terkait dengan skripsinya. Ia mengambil judul “Proses Resiliensi pada Penderita Kusta di Unit Rehabilitasi Kusta RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah”.
Judul ini diinspirasinya ketika sedang liburan Natal bersama keluarga saat semester 5. Kebetulan didekat tempat mereka berlibur ada suatu Unit Rehabilitasi Kusta. “Tercetuslah ide untuk mengambil skripsi terkait dengan resiliensi penderita kusta. Namun karena belum mengambil SKS skripsi, judul itu terlupakan. Judulnya kembali teringat ketika membaca artikel terkait penderita kusta saat semester 7 dan akhirnya kuputuskan untuk mengambil judul tersebut,” jelasnya.
Bersama Dr M Sih Setija Utami MKes selaku pembimbing, Yemima pun memulai perjalanan skripsinya. Beberapa kesulitan sempat terjadi di awal, terutama terkait dengan data dan artikel yang membahas penderita kusta masih minim. “Sempat terbersit untuk ganti judul. Namun Bu Cicih demikian panggilan akrab pembimbingnya, tetap mendukung dan akhirnya berhasil juga,” sambungnya.
Perjuangan juga dialaminya ketika harus ambil data di Unit Rehabilitasi Kusta. Setiap harinya selama sebulan ia harus menempuh jarak 28 km pulang pergi. “Tetapi aku senang kok karena tertarik dengan judulnya. Apalagi aku juga diterima dengan ramah oleh para penderita kusta maupun mantan penderita,” jawabnya.
Tapi semuanya terbayarkan ketika skripsinya terselesaikan dan ia pun dinyatakan lulus. Satu hal yang menjadi pesan Yemima bagi kita semua terkait dengan para penderita kusta dan mantan penderita kusta ialah jangan mendiskriminasi mereka, jangan memberikan mereka stigma negatif, karena pada akhirnya mereka juga sesama kita, saudara dalam kemanusiaan.
Mengakhiri wawancara Yemima sedikit bercerita terkait harapannya. “Aku berharap setelah lulus bisa membantu sesama dengan semua ilmu yang sudah kudapatkan selama mengenyam pendidikan di bangku kuliah,” tutupnya. (FFI).
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi